Uni Ita Penjual Serabi Kota Pariaman Makanan Diminati Masyarakat
TABLOIDBIJAK.COM (Kota Pariaman)— Sampai saat ini wisata kuliner masih menjadi salah satu hal yang difavoritkan oleh masyarakat. Walaupun zaman sudah modern dan aneka kulinerpun sudah mengalami banyak perobahan dari segi rasa dan jenisnya, tetapi jenis kuliner tradisional masih menjadi makanan yang dicari oleh pecintanya.
Salah satu makanan tradisional yang masih menjadi favorit masyarakat sampai sekarang adalah “Serabi dan Sumbareh”. Jenis kudapan ini merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang ada di Kota Pariaman khususnya, dan Sumatera Barat umumnya.
Di Kota Pariaman tepatnya di jalan SM.Abidin Kelurahan Pasir Kecamatan Pariaman Tengah, makanan tradisional ini masih bisa didapatkan setiap harinya. Serabi dan Sumbareh ini sudah menjadi sarapan pagi oleh masyarakat Kota Pariaman yang mengetahui keberadaan penjualnya, dan juga sudah menjadi oleh-oleh keluarga bagi tamunya yang datang berkunjung ke Kota Pariaman.
Uni Ita begitu panggilan masyarakat buat penjual serabi dan sumbareh ini. Wanita 47 tahun ini sudah lama berjualan sampai saat ini, walaupun dengan kondisi stroke yang telah diidapnya selama delapan tahun terakhir, tidak membuatnya berhenti berjualan demi membantu ekonomi keluarganya.
“Jualan serabi dan sumbareh ini merupakan usaha turun temurun yang telah saya geluti, mulai dari nenek, ibu, dan saya generasi ketiga yang melanjutkannya. Alhamdulillah walaupun dengan kondisi saya seperti ini, tetapi saya masih bisa berusaha dan tidak terlalu banyak membutuhkan bantuan dari keluarga”, ujar Uni Ita saat wawancara dengan peliput MCP Kamis (14/1/2021).
“Dalam sehari biasanya saya bisa membuat adonan serabi dan sumbareh ini sekitar lima sampai enam kilogram, tapi sekarang karena dalam kondisi pandemi covid-19 adonan yang saya buat berkurang menjadi tiga sampai empat kilogram”, terang ibu tiga orang anak ini.
Uni Ita menjelaskan, untuk adonan serabi dan sumbareh ini, beliau bertugas untuk merendang tepung berasnya saja, karena keterbatasan beliau dalam melakukan gerakan dengan kondisi stroke yang dideritanya, sedangkan untuk mengaduk adonannya dilakukan oleh suami Uni Ita sesuai dengan arahan dan petunjuk yang diberikan oleh Uni Ita.
“Setelah semua bahan adonan selesai, suami dan anak menolong saya untuk meletakannya di pondok ini, dan setelah itu barulah saya yang memasaknya sambil menunggui pembeli dan pelanggan yang datang untuk berbelanja. Untuk satu buah sumbareh saya jual seharga dua ribu rupiah, dan untuk satu buah serabi saya jual seharga dua ribu lima ratus rupiah saja”, ungkap Uni Ita.
Uni Ita menyampaikan, beda serabi dan sumbareh ini adalah dari adonannya. Kalau untuk serabi adonan tepungnya agak encer dan dikasih toping gula merah diatasnya, sedangkan sumbareh adonan tepungnya agak kental dan nantinya akan dihidangkan dengan siraman kuah yang terbuat dari gula merah.
Uni mengatakan, “Alhamdulillah walaupun masih dalam keadaan pandemi covid-19, saya masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga, ditambah lagi dengan penghasilan suami yang didapatnya dari berjualan mainan, minuman, dan rokok, secara keliling, walaupun menjualkan dagangan orang lain.
Beliau berharap, semoga pandemi ini cepat berakhir dan kesehatan selalu diberikan Tuhan kepada beliau, sehingga masih bisa berjualan untuk membantu perekonomian keluarganya. (Desi)